Jumat, 10 Juli 2015

Hal-hal Yang Dilewatkan Dikala Liburan


Banyak hal yang bikin kepala kita jadi mumet. Apalagi kalo kegiatan di sekolah atau kampus sibuknya gak keruan. Banyak banget kegiatan, dari belajar, ngapal, ngerjain PR, tugas, essay, dll. Akhirnya kepala kamu mau pecah, tapi kamu gak mau. Jadi salah siapa tuh? Bingung kan? Karena kamu bingung kamu akhirnya nyalain TV, terus nonton sinetron, malah tambah bingung, kok darahnya kayak sirop? Kok tidurnya pake makeup? Haduuuu.. kamu tetap berlari-lari dan terus berlari sampe kamu menginginkan satu hal yang kamu rasa itu bisa meredam semua kepenatan kamu, memperkenalkan.... jeng.. jeng... Liburan!!

Kamu berharap banget hari libur itu segera dateng, ketika dia dateng kamu akan meloncat bahagia, ke....??? Ke kasur, dan menutup mata lalu tidur. Tapi, coba kamu pikir, apa liburan itu tidur? Apa tidur itu liburan? Kalo tidur itu liburan berarti tiap malem kamu liburan dong?! Nah, karena itu kita mau mengganti pemikiran kamu. Kalo liburan itu harus tidur, itu salah! Emang sih porsi tidur kamu bisa dibenerin, bales dendamlah gitu ceritanya, tapi bukan berarti semua liburan diisi sama tidur. Mendingan kamu isi dengan hal-hal yang lebih berguna.

Apakah guna-guna itu? Mari kita resapi lebih mendalam..

1. Tidur berarti tidak menikmati tempat liburan
Aneh adalah ketika kamu berlibur, terus kamu udah milih tempat paling ter-ajib, eh ketika di sana temen kamu malah milih untuk tidur. Terus? Buat apa tuh tempat keren, tapi kamu malah milih buat molor? Sedangkan temen kalian yang lain lagi lari-larian, foto-foto, sender-senderan, lah kamu cuma tidur. Satu hal yang bisa kamu lakuin di rumah. Apa rasanya tidur di tempat liburan tuh lebih enak? Yang enak mah makan mi instan pas ujan-ujan terus ketiduran.

Jadi intinya di sini, kalo kamu tidur di tempat liburan, kamu berarti gagal dalam pergaulan anak-anak liburan. Sungguh disesalkan.

2. Kehilangan kesempatan untuk dapet pacar
Bayangin ada 2 orang, satu ganteng, satu pas. Pas buat dibilang jelek. Nah, ada cewek dateng di kota tersebut setelah lama sekolah di luar negeri (kayak sinetron) dan melihat kedua cowok ini. Tapi si ganteng ini deket banget kehidupannya sama kasur. Jadi selama liburan dia cuma tidur, bangun, makan, dan berulang lagi di lingkaran itu. Si cewek yang tadinya udah menggeliat-geliat karena kegantengannya, namun karena doi tidur dulu akhirnya malah beralih sama yang pas.

Jadi nilai moril yang bisa kita ambil di sini, walaupun muka kita pas-pasan, asal kita gak cuma tidur-tiduran dan mau berusaha, kita pasti bisa dapet cewek (yang terpaksa milih kita). Semangat kawan-kawan!

3. Rejeki dipatok ayam
Kalo kata orang dulu, kalo kita telat bangun maka rejeki kita dipatok ayam. Ini artinya gampang, berarti rejeki kamu tuh antara jual beras atau jualan cacing tanah, karena itulah yang dipatok ayam. Nah, bayangin, kalo ada temen kamu yang liburan diisi sama kerja dan cari penghasilan sampingan, dibanding sama kamu yang tidur-tiduran. Sama sih, kamu bisa kenyang tidur, nah kalo dia kenyangnya sekeluarga, karena hasil kerjanya bisa dinikmati sama satu keluarga, kalo kamu? Ya namanya tidur cuma bisa dinikmati kamu sama nyamuk doang.

4. Pertumbuhan lemak
Ini buat kamu-kamu wanita yang berkilah kalo kelebihan dagingnya adalah otot, yang secara gamblang kami tahu bahwasanya itu adalah lemak jenuh. Sebuah lemak yang bikin jenuh. Nah, dengan mengisi liburan hanya dengan tidur, bayangkan, seberapa lemak lagi yang kamu timbun di dalam tubuh kamu. Ketika cewek-cewek lain sudah mati-matian bakar kalori dengan berenang, ada yang ikut program thai boxing, sampe fitnes ehhhh kamu malah cuma males-malesan. Ngeluh gendut tapi cuma ngandelin gak makan seharian biar kurus –bukannya rajin olahraga, tapi malah tidur– mah sama ajak kayak pengin hidup tapi gak mau napas.

Jadi... jangan heran kalo pas bangun badan kamu ada gelambir-gelambirnya, kayak stasiun kereta yang deket monas. Hihhh...

Udah gitu kamu ada di tempat liburan lagi... siapa yang mau liat kamu pake bikini tuh entar? Gagal seksi deh, yang ada cuma simpel. Simpelendung. Lemak ke mana-mana.

5. Gak bisa cuci mata
Liburan di tempat wisata yang eksotis biasanya sangat mumpuni untuk diisi dengan kegiatan cuci mata. Liat-liat cowok ganteng atau cewek yang lucunya bikin pengen meluk. Nah, kalo kamu tidur, hilang tuh kesempatan seperti ini. Jadi mendingan kamu bangun, terus pergi ke sekeliling tempat kamu nginep. Sambil diliat-liat, mayan kan bisa senyum-senyum sendiri. Jangan lupa difoto-foto, biar bisa kamu renungin lagi entar di rumah. Renungin betapa jomblonya kamu. Oke!


Teknik Membaca Cepat

Buku adalah jendela dunia. Biar udah dianggap kuno dan gak modern lagi, buku selalu punya tempat tersendiri di hati. Kenapa nggak? Membaca di buku itu udah paling nyaman. Mata gak akan perih seperti waktu membaca di tab, iPad, atau Kindle.  Membaca merupakan aktivitas “wondering in open eyes”. Kalau biasanya kita membayangkan sesuatu dengan mata tertutup, ketika membaca, bayangan yang muncul di kepala kita dibuat ketika mata kita terbuka. Keren, kan?

Sayangnya, minat baca di Indonesia itu kurang. Salah satu penyebabanya adalah adanya paham membaca itu ngabisin waktu. Bisa iya, bisa juga nggak. Membaca memang butuh waktu, tapi dengan keterampilan yang bener, membaca itu jadi menyenangkan dan menjadi mudah juga cepat. Untuk itulah kami mau bagikan ke kalian beberapa teknik yang harus dilakukan dan yang nggak boleh dilakukan untuk bisa membaca cepat.

Scanning
Membaca dengan teknik scanning adalah ketika kita membaca bacaan dengan cara loncat-loncat. Yang loncat itu bacaannya dari baris yang satu ke yang lain, bukan orangnya, inget ya. Jadi kita gak baca seluruh teks yang tertulis di buku atau bacaan itu. Kita cuma mengumpulkan beberapa kalimat di dalam bacaan itu, lalu menyimpulkan sendiri dengan menggabung-gabungkan kalimat yang kita abaca tersebut. Kita butuh imajinasi sendiri buat menggabungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya.

Skimming
Teknik membaca skimming adalah teknik membaca sekilas untuk menentukan gambaran umum buku yang kita baca. Di teknik ini, semua kata kita baca tapi cuma sekilas. Cara bacanya adalah cuma dengan menggerakkan bola mata dari awal kalimat ke akhir sambil merekam ini kalimat di kepala kita. Begitu seterusnya sampai kita tahu informasi apa yang sebenernya ingin disampaikan si bacaan ke kita.

Teknik skimming juga sering diterapkan oleh kita tanpa sadar waktu kita mencari nomor telepon di buku telepon atau mencari kata di dalam kamus.

Jangan Mengucapkan Yang Kita Baca
Ini sering jadi masalah yang kita hadapi waktu membaca. Mulut selalu pengin ikut campur dalam urusan membaca. Sebenarnya yang kita butuhkan dalam membaca itu adalah mata, kepala, dan pastinya buku bacaan. Jangan libatkan mulut. Mulut yang ikut mengucapkan apa yang kita baca adalah halangan nomor satu dan bertentangan dengan teknik membaca cepat. Jadi, yang bacanya masih diucap, kalian harus belajar buat menahan diri membaca dengan nggak mengucapkannya. Kalu susah, dimulai dengan membacanya di dalam hati.

Jangan Membaca Kata Demi Kata
Jangan membaca kata demi kata. Kenapa? Karena lamaaaaaa. Coba bayangkan buku yang tebal dan tulisannya kecil kalau kita baca kata demi katanya, akan menghabiskan waktu berapa lama? Kembalilah ke teknik scanning dan skimming, maka kamu nggak akan tersesat.

Hindari Regresi
Regresi adalah ketika kita membaca kembali bagian yang sudah kita baca sebelumnya. Iya, kita belum bisa move on dari bagian sebelumnya. Ini adalah hal yang harus dihindari juga. Masalahnya, waktu kita balik lagi ke bagian yang sudah kita baca, nanti kita bisa lupa sudah sampe mana kita membaca. Kalau udah lupa, kan bawaannya pasti kesel. Bisa-bisa membacanya berhenti karena bukunya keburu dibanting.

Sebenarnya ada satu teknik paling jitu supaya bisa membaca cepat. Ini adalah teknik rahasia saya. Kamu cuma butuh teman yang selera bacaannya mirip dengan kamu. Misalnya suka baca novel, dekatilah teman kamu yang maniak baca novel. Lalu tanya ke dia satu judul novel. Kalau dia pernah baca bukunya, minta dia untuk menceritakan ceritanya. Nah, dengan demikian, kita bisa tahu inti dari ceritanya tanpa perlu membaca.


Mitos-mitos Kesehatan Yang Salah

Banyak mitos seputar kesehatan belum terbukti kebenarannya bila ditinjau dari sisi medis. Berikut ini mitos-mitos yang sering kita dengar:

Udang dan es jeruk = kematian
Mitos atau dugaan ini sempat booming beberapa waktu lalu. Katanya setelah mengonsumsi seafood khususnya udang, dilanjutkan minum es jeruk, bisa mengakibatkan keracunan bahkan kematian. Alhasil, kalau ada yang merasa tidak sehat setelah makan udang dan minum es jeruk, akan langsung menyalahkan panduan itu. Tapi ini hanya mitos. Para dokter telah meluruskan, jika ada yang mengalami keracunan setelah makan udang dan minum es  jeruk, ada kemungkinan udang yang dimakan tidak segar atau kurang bagus, misalnya saja mengandung arsenic. Selain itu, bisa juga karena jumlah yang terlalu banyak. Jus jeruk itu bersifat asam. Buat orang yang punya masalah pada lambung bisa mengganggu pencernaannya.

Kerokan
Kerokan mungkin menjadi solusi ampuh untuk mengusir masuk angin. Kamu percaya? Tunggu dulu lho. Para dokter spesialis mengungkapkan, ini tidak baik untuk pembuluh darah kita. Berusaha mengeluarkan angin dengan menggesekkan koin ke kulit sebenernya hanya akan membuat pembuluh darah kita pecah. Ini memudahkan virus atau bakteri masuk ke tubuh. Efek negative ini memang tidak langsung terasa. Tapi dokter tidak pernah menyarankan kerokan karena belum ada penelitian medis yang membuktikan manfaatnya.

Jus wortel untuk menyembuhkan mata minus
Ada yang masih percaya, kalau ingin minus matamu hilang rajinlah minum jus wortel. Yah, sayangnya itu tidak benar. Wortel memang mengandung vitamin A yang baik untuk sel retina. Tapi mata minus bisa juga terjadi karena sumbu bola mata memanjang, mengakibatkan sinar jatuh di depan retina. Konsumsi vitamin apapun tidak akan mengoreksi keadaan itu.

Kamis, 09 Juli 2015

Perawatan Untuk Mata

Mata merupakan salah satu alat indera yang kita punya. Tanpa adanya mata kita tidak bisa melihat sekeliling kita apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, perawatan mata sangat perlu dilakukan. Perawatan ini pun bisa dilakukan sendiri dirumah.

Bersihkan mata dari kosmetik sebelum tidur
Bila tidak dibersihkan, sisa kosmetik akan menyumbat pori-pori. Sebaiknya gunakan pembersih khusus karena mata memiliki bagian yang lebih sensitive dibandingkan bagian wajah lain. Selain itu, oleskan krim mata yang akan membantu merawat mata pada malam hari.

Lindungi mata dari sinar matahari
Saat beraktivitas di siang hari dan di luar ruangan, pastikan untuk menggunakan eye gel (semacam tabir surya) untuk menyegarkan mata. Gunakan juga kacamata yang dapat melindungi dari sinar ultraviolet. Cara lain adalah menggunakan payung atau topi.

Konsumsi buah dan sayuran
Buah dan sayur tidak hanya berguna untuk tubuh, tapi juga untuk mata. Kandungan vitamin C pada buah atau sayur misalnya, dapat membantu pembentukkan kolagen yang menambah elastisitas mata.

Kompres mata

Untuk mengompres, gunakan potongan kentang atau ketimun selama 10 menit. Ini sangat berguna untuk mengurangi lingkaran hitam. Untuk memperlancar peredaran darah pada mata, kompreslah dengan es batu yang juga diusapkan di sekeliling mata.


Rahasia Santan

Siapa sih yang tidak kenal dengan santan. Bumbu masak yang berasal dari kelapa ini ternyata tidak hanya enak sebagai bumbu masakan juga baik untuk merawat kecantikkan dan kesehatan rambut kita lho. Berikut ini manfaat dari kelapa:

Melembabkan rambut
Memiliki rambut kering memang tidak menyenangkan karena mudah rontok. Untuk mengatasinya, rambut harus dilembabkan. Air kelapa dapat digunakan untuk melembabkan rambut. Kandungan vitamin C pada air kelapa bisa mengurangi minyak sekaligus member kelembapan.
Cara membuatnya, campur air kelapa dari kelapa yang tidak begitu tua dengan air biasa. Perbandingannya satu banding satu. Basuhkan ke rambut setiap habis keramas.

Menghilangkan ketombe
Ketombe membuat keindahan rambut menjadi kurang cantik. Air kelapa yang mengandung tanin bisa menjdi anti bakteri dan vitamin C yang mampu menghilangkan ketombe. Padukan dengan nanas dan jeruk nipis, ramuan ini akan lebih sempurna. Ramuan ini bisa dibuat sendiri dirumah, caranya dengan menyiapkan setengah butir kelapa tua dan seperempat nanas yang belum terlalu matang. Parut keduanya dan ambil airnya. Tambahkan perasan satu buah jeruk nipis dan biarkan selama 15 menit.

Memperlambat pertumbuhan uban

Ada sebagian orang yang beruban di usia yang tidak seharusnya. Penyebabnya banyak, seperti stress atau sampo yang tidak cocok. Menghilangkan uban tentu bisa dilakukan dengan pengecatan rambut. Namun, dengan santan kelaa kemunculan uban dapat diperlambat. Caranya, parut kelapa yang sudah tua dan peras sampai keluar santan. Tambahkan garam dan didiamkan semalaman. Esok harinya oleskan kepada rambut.


Kamis, 04 Juni 2015

Tugas Jurnal Softskill Intellectual Capital (3)

Nama              : Danang Prawibowo
NPM               : 21211707
Kelas               : 4EB08


PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN NILAI PERUSAHAAN KHUSUSNYA DI INDUSTRI KEUANGAN DAN INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 – 2012

Adrian Gozali dan Saarce Elsye Hatane
Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: elsyehat@petra.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara intellectual capital dengan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan di bidang perbankan, keuangan dan pertambangan yang secara konsisten terdaftar di BEI pada tahun 2008-2012. Hipotesis penelitian ini diuji menggunakan partial least square. Metode yang digunakan adalah VAIC dari Pulic (1998) yang dihubungkan dengan kinerja keuangan (ROA, ROE, Employee Productivity) dan nilai perusahaan (Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q). Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara VAIC dengan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Indikator VAIC yang paling berpengaruh positif dan signifikan adalah structural capital. Pengaruh VAIC terhadap kinerja keuangan perusahaan lebih besar daripada pengaruh VAIC terhadap nilai pasar perusahaan.
Kata kunci: Intellectual capital, structural capital, VAIC, partial least square.

ABSTRACT
This study aimed to examine the affect of intellectual capital to firm’s financial performance and firm’s market value. The samples used in this study were the banking firms, financial firms and the mining firms that constantly listed in Indonesia Stock Exchange since 2008-2012. The hypothesis tested by using partial least square. Method used to examine was the VAIC method from Pulic (1998) correlated it to financial performance (ROA, ROE, Employee Productivity) and firm’s market value (Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q). This study showed that there was positive and significant relationship between VAIC to firm’s financial performance and firm’s market value. The VAIC’s indicator that has the most positive and significant relationship was structural capital. VAIC impacted better to firm’s financial performance than to firm’s market value.
Keywords: Intellectual capital, structural capital, VAIC, partial least square.

PENDAHULUAN
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tidak menyurutkan pertumbuhan perusahaan industri pertambangan dan keuangan di Indonesia. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya di pasar. Penghargaan yang lebih atas suatu perusahaan dari para investor ini diyakini disebabkan oleh adanya intelectual capital yang dimiliki perusahaan (Chen et al., 2005).
Pada tahun 1998, Pulic mengajukan suatu ukuran untuk menilai Intellectual Capital (IC) perusahaan. Metode ini adalah rangkuman dari HC, SC dan CC. Metodenya disebut dengan Efisiensi Nilai Tambah Sebagai Hasil dari Kemampuan Intelektual Perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient™ - VAIC™). Komponen utama dari VAIC™ adalah Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU) dan Structure Capital Value Added (STVA) (STVA).
Chen et al. (2005) melakukan penelitian terhadap perusahaan yang listed di Bursa Efek Taiwan periode 1992-2005 dan menemukan bahwa ada efek positif dan signifikan antara IC perusahaan dengan kinerja keuangan dan market value perusahaan. Tan et al. (2007) melakukan penelitian terhadap 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura dan menyimpulkan bahwa IC berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang. Di tahun 2009, Ulum, Ghozali & Chariri meneliti hubungan antara IC dengan kinerja perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2004-2006. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari IC terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ting et al (2009) serta Muhammad & Ismail (2009) juga menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara IC dengan kinerja keuangan dan market value di perusahaan perbankan dan barang konsumsi yang terdaftar di pasar saham Malaysia.
Sementara itu, Firer & Williams (2003) melakukan penelitian perusahaan publik sector perdagangan di Afrika Selatan dan tidak dapat menemukan pengaruh yang signifikan dari IC terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Kuryanto (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh IC terhadap kinerja keuangan 73 perusahaan Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menyimpulkan bahwa Intellectual Capital berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Begitu juga dengan hasil penelitian. Begitu juga dengan penelitian dari Yuniasih et al. (2010) yang meneliti pengaruh IC terhadap nilai pasar perusahaan manufaktur dan hasilnya adalah intellectual capital tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

Pengertian Intellectual Capital
Feleagă, et al., (2009) memberikan definisi tentang IC. Mereka mendefinisikan intellectual capital dengan sebagai berikut:
“Intellectual capital is present in three dimensions: relational capital (i.e. all relations a company entertains with external subjects, such as suppliers, partners, clients etc.); human capital (knowledge and competences residing with the company’s employees); and organizational capital (collective knowhow,OIS, policies, intellectual property).”
Menurut William (2001) intellectual capital didefinisikan sebagai berikut:
“The enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the company’s organizational function, processes and information technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship with its customers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowledge and innovation; (b) application of present knowledge to present issues and concerns that enhance employees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowledge; and (d) the acquisition of present knowledge created through research and learning.”
Dari beberapa uraian di atas, intellectual capital dapat disimpulkan sebagai keseluruhan dimensi dari perusahaan, yaitu relasi dengan pelanggan, tenaga kerja perusahaan dan prosedur pendukung yang diciptakan dengan adanya inovasi, modifikasi pengetahuan saat ini, transfer ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang berkelanjutan yang akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Pengukuran Intellectual Capital
Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) adalah sebuah metode yang diciptakan oleh Pulic (1998) untuk membantu mempresentasikan dan menghitung informasi tentang value creation dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) perusahaan. Model ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan karena disusun dari akun-akun dalam laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi).
Perhitungannya dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). VA didapat dari selisih antara output dan input. Nilai output (OUT) adalah total pendapatan dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa. Pulic (1998) menyatakan bahwa komponen-komponen VAICTM adalah:
1.      Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari Capital Employed (CA) menghasilkan return yang lebih besar dari pada perusahaan lain, maka perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA. Pemanfaatan CA yang lebih baik ini merupakan bagian dari IC perusahaan.
2.      Value Added Human Capital (VAHU)
Menurut Pulic (1998), VAHU menunjukkan berapa banyak VA yang dihasilkan dengan dikeluarkannya dana untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan human capital (HC) mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai lebih di dalam perusahaan.
3.      Structural Capital Value Added (STVA)
Berdasar Pulic (1998), STVA menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan VA.

Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan sangat esensial bagi manajemen karena menghasilkan outcome yang telah dicapai baik oleh individu atau kelompok dalam suatu organisasi.
Pertama adalah Employee productivity (EP) yang dapat didefinisikan sebagai ukuran dari nilai tambah bersih dari setiap karyawan yang merefleksikan produktivitas karyawan terhadap perusahaan (Chen et al., 2005). Berikutnya adalah ROA. Menurut Chen et al. (2005), ROA adalah indikator efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset yang ada dan mengendalikan firms’ financing policy. Yang terakhir adalah ROE yaitu merupakan indikator tingkat pengembalian perusahaan terhadap lembar saham yang dimiliki pemegang saham.

Nilai Perusahaan
Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran nilai pasar perusahaan. Tobin’s Q adalah gambaran nilai perusahaan dari perspektif investor. Komponen kedua adalah Market to Book Value (MBVR) yang menurut Chen et al. (2005) menunjukkan nilai sebuah perusahaan yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market value-MV) dengan nilai bukunya (book value BV).

Hipotesis Penelitian
Chen et al. 2005, menggunakan VAICTM sebagai model pengukuran dan teknik analisis data yaitu teknik regresi. Penelitian ini menggunakan data dari 250 perusahaan publik yang terdaftar di Taiwan Stock Exchange (TSE) di Taiwan periode 1992-2002, dengan sebagian besar (28.1%) dari perusahaan elektronik. Variabel yang digunakan adalah market-to-book value, R&D expenditure, returns on equity (ROE), returns on assets (ROA), growth in net sales (GR), and net value added per employee (EP). Hasilnya adalah, IC berpengaruh signifikan dan positif terhadap firm’s market value, profitability dan future financial performance. Najibullah (2005) melakukan penelitian atas 22 commercial banks of Bangladesh, yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange (DSE), India. Variabel penelitian yang digunakan adalah market-to-book value ratios (M/B), financial performance (ROA, ROE, GR, & EP) dan menggunakan VAICTM sebagai model pengukuran. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Correlation & regression analysis. Hasil dari penelitian ini adalah VAICTM berpengaruh positif dan signifikan terhadap market-to-book value ratios (M/B) dan financial performance. Ting et al. (2009) melakukan penelitian pengaruh Intellectual capital terhadap performance of 20 financial institutions periode 1999 to 2007 di Malaysia dan menggunakan VAICTM sebagai model pengukurannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah HCE, SCE, CEE dan ROA dan metode regresi untuk analisa data penelitian. Penelitian ini mengungkapkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan kajian literatur yang telah di-jelaskan, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
H1: Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
H2: Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Pasar Perusahaan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menguji pengaruhintellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai pasar perusahaan. Penelitian akan menguji intellectual capital menggunakan ukuran ROA, ROE, Employee Productivity, Market to Book Value Ratio dan Tobin’s Q. Penelitian ini menganalisis hubungan antara dependent variable dan independent variable.
a.       Variabel independen, yaitu faktor value added of capital employee (VACA), value added of human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA).
b.      Variabel dependen, yaitu Tobin’s Q, Market to book value ratio (MBVR), Employee Productivity (EP), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel diperoleh dengan menggunakan purposive sample method dengan kriteria sebagai berikut:
1.      Perusahaan secara konsisten selalu terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
2.      Perusahaan secara rutin selalu menyajikan dan mempublikasikan laporan keuangannya.
3.      Perusahaan memiliki nilai laba positif selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Selama tahun pengamatan, terdapat 80 perusahaan yang secara konsisten mendaftarkan perusahaannya di BEI sejak tahun 2008 hingga 2012. Lalu dengan purposive sample method didapatkan 350 laporan keuangan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel pengamatan. Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan yang dibutuhkan adalah dari tahun 2008 hingga 2012.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Sehubungan dengan digunakannya data sekunder, maka sebelum melakukan uji hipotesis, akan dilakukan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Uji Normalitas
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk variabel dependen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Hasil K-S di atas menunjukkan bahwa data penelitian sudah terdistribusi normal karena nilai signifikansi variabel dependen lebih dari. α=0,05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Hasil uji heterokedastisitas disajikan dalam tabel di bawah ini:


Dari tabel dapat disimpulkan bahwa model regresi terhadap variabel dependen tidak mengandung heterokedastisitas. Hal ini dilihat dari nilai sig yang diatas 0,05.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Du < DW < 4-Du
1,7565 <2,050< 2,2435
Berdasarkan penilaian Durbin-Watson tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antara prediktor dengan dependen variabel karena nilai DW tepat berada di antara Du dan 4-Du.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara varibel independen. Hasil pengujian multikolineraritas disajikan dalam tabel ini


Pada tabel diketahui bahwa nilai VIF dari variabel independen memiliki nilai yang lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1. Hasil pengujian tersebut menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas.

Structural Equation Modeling (SEM)
Analisa SEM yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS). Gambar struktural untuk memvisualisasikan hubungan antar variabel-variabel penelitian disajikan pada gambar di bawah ini:


Dengan model struktural PLS diatas penulis lalu melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengujian Outer model dan Inner model.

Evaluasi Outer Model
a.      Convergent Validity


Dari hasil tabel tersebut menunjukkan bahwa setiap indikator terhadap konstruknya mempunyai nilai loading factor > 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut valid.

b.      Discriminant Validity
Evaluasi kedua pada outer model adalah discriminant validity. Untuk mengukur discriminant validity dapat digunakan nilai cross loading. Suatu indikator dikatakan memenuhi discriminant validity jika nilai cross loading indikator terhadap konstruknya adalah yang terbesar dibandingkan variabel lainnya.


c.       Composite Reliability
Composite reliability menguji reliabilitas indikator pada suatu konstruk. Suatu konstruk dikatakan memenuhi composite reliability jika nilainya > 0,7.
Berdasar tabel dapat disimpulkan bahwa konstruk telah memenuhi composite reliability.


Evaluasi Inner Model
a.      Nilai R-Square
Evaluasi pertama pada Inner Model dilihat dari nilai R-Square atau koefisien determinasi.


b.      Nilai Q-Square
Nilai Q-square menjelaskan keberagaman data dalam sebuah konstruk penelitian. Berikut ini adalah perhitungan nilai Q-square
Qfinancial performance = 0.7296
Qmarket value= 0.1164
Nilai Q-square untuk konstruk Financial Performance adalah sebesar 0,484. Artinya prosentase besarnya keragaman data di konstruk Financial Performance yang dapat dijelaskan oleh konstruk VAIC adalah sebesar 72,96%, sedangkan sisanya yaitu 27,04% dijelaskan oleh konstruk-konstruk lain di luar penelitian ini. Nilai Q-Square untuk konstruk Market Value adalah sebesar 11,64%. Artinya prosentase besarnya keragaman data di konstruk Financial Market Value yang dapat dijelaskan oleh konstruk VAIC adalah sebesar 11,64%, sedangkan sisanya sebesar 88,36% dijelaskan oleh konstruk konstruk lain di luar penelitian ini.

c.       Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t hitung (t-statistic) > t tabel pada tingkat kesalahan 1,96. Berikut adalah nilai koefisien path (original sample estimate) dan nilai t hitung (t-statistic) berdasarkan Path Coefficient yang dihasilkan dari analisis.



Dari nilai koefisien path didapatkan bahwa VAIC memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (FP) dan nilai perusahaan (MV) perusahaan. Dilihat dari nilai original sample, keduanya telah lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 5% (0,05) dan mempunyai nilai T-statistic lebih besar dari T-tabel yaitu 1,96.
Dengan hasil tersebut, maka hipotesis penelitian H1 yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, diterima. Begitu pula hipotesis penelitian H2 yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Pasar Perusahaan, diterima. Penelitian ini menyimpulkan bahwa VAIC memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan.
Berikut adalah kontribusi nilai yang diberikan oleh indikator-indikator kepada VAIC



Dari hasil tabel dapat diinterpretasikan bahwa semua indikator-indikator memberikan kontribusi nilai kepada VAIC. Dilihat dari tingginya nilai korelasi maka indikator yang memberikan kontribusi nilai terbesar adalah STVA. Hasil ini berarti sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) yang menyatakan structural capital memiliki efek yang positif dan paling signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini juga mendukung penelitian Kai et al. (2011) serta Fathi, Farahman & Khorasani (2013) yang mengungkapkan bahwa VAIC memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan STVA memberikan pengaruh paling signifikan.


Dilihat dari nilai T-statistic dari setiap indikator kinerja keuangan maka dapat disimpulkan bahwa indikator ROA dan ROE adalah yang paling terkena dampak paling positif dan signifikan dari VAIC. Hasil ini mendukung hasil penelitian dari Ting & Hooi (2009), Kai et al. (2011), Mohammad (2012).


Untuk nilai perusahaan, penelitian ini menunjukkan bahwa Tobin’s Q terpengaruh paling positif dan signifikan atas VAIC. Hasil ini seusai dan mendukung hasil penelitian dari Klapper & Love (2002) serta Ali, Pakdel & Vazifeh, Q (2011).

KESIMPULAN
Hasil pengujian dan pembahasan dapat diringkas sebagai berikut :
1.      Berdasarkan hasil pengujian, intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan baik terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2.      Berdasarkan hasil pengujian, Structural capital value added (STVA) berpengaruh positif dan paling signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan. Human capital berada di posisi kedua dalam hal memiliki efek yang positif dan signifikan.
3.      Berdasarkan hasil pengujian, ROA dan Tobin’s Q adalah indikator yang paling terpapar pengaruh positif dan signifikan dari VAIC perusahaan.

Implikasi Manajemen
Intellectual capital yang terdapat di dalam perusahaan harus dapat dikelola oleh perusahaan, karena dapat mempengaruhi kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Investasi yang utama adalah investasi dalam pengembangan sistem perusahaan dan pengendalian internal. Berikutnya, investasi dalam pelatihan human capital juga merupakan suatu investasi yang penting dan memilki nilai ekonomi bagi perusahaan karena dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dari nilai total effect, maka ditarik kesimpulan bahwa upaya perusahaan melakukan investasi dalam sistem, tenaga kerja dan aset kurang tersampaikan kepada investor. Untuk meningkatkan pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan maka manajemen sebaiknya meningkatkan komunikasi hubungan investor misalnya dengan mengandalkan corporate website.

Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini berlaku pada 80 perusahaan perbankan, keuangan dan pertambangan yang menjadi objek penelitian pada tahun 2008-2012. Berikutnya yang menjadi catatan adalah uji Q-Square, konstruk VAIC terhadap nilai pasar perusahaan yang hanya menjelaskan sebesar 11,64%, sementara sisanya 88,36% adalah pengaruh dari luar penelitian ini.
Terbatasnya hasil penelitian ini hanya untuk sejumlah objek penelitan di atas dan terbuka kemungkinan hasil yang berbeda apabila menambahkan jumlah sampel atau periode yang lebih panjang, sehingga penelitian yang akan datang dapat memberikan hasil yang lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

DAFTAR REFERENSI
Ali, A.D., Pakdel, A., & Vazifeh, Q. (2011). Intellectual Capital, Corporate Value and Corporate Governance: Evidence from Tehran Stock Exchange. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business, 3(6), 865-873.
Chen, M., Cheng, S., & Hwang, Y. (2005). An Empirical Investigation of The Relations between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159- 176.
Fathi, S., Farahmand, S., & Khorasani, M. (2013). Impact of Intellectual Capital on Financial Performance. International Journal of Academic Research in Economics and Management Sciences. 2(1), 6-12.
Firer, S dan Williams, M. (2003). Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. 4(3), 348-360.
Kai, S., Han, K., & Wendy. (2011). Charting Intellectual Capital Performance of the Gateway to China. Journal of Intellectual Capital. 12(2), 249-276.
Kuryanto, B dan Syafruddin, M. (2008). Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak, 1-30.
Klapper, L. F. and Love, I. (2002). Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets. World Bank Working Paper no 2818.
Mohammad, A. (2012). The Effect of Intellectual Capital on Firm Performance: An Investigation of Iran Insurance Companies. Journal of Measuring Business Excellence, 16(1), 53-66.
Muhammad, N. and Ismail, M. (2009). Intellectual Capital Efficiency and Firm’s Performance: Study on Malaysian Financial Sectors. International Journal of Economics and Finance, 1(1), 16-31.
Pulic, A. 1998. “Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy”. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.
Putri, R. (2012). Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity dan Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2006-2010. Jurnal Nominal, 1(1). 104-123.
Ting, I. & Hooi. (2009). Intellectual Capital Performance of Financial Institution in Malaysia. Journal Intellectual Capital, 10(4), 588-599.
Tan, H., Plowman, D., & Hancock, P. (2007). Intellectual Capital and Financial Returns of Companies Journal of Intellectual Capital, 8(1), 76-95.
Ulum, I. Ghozali, I., & Chariri, A. (2008). Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Simposium Nasional Akuntansi

Yuniasih, N., Wirama D., & Badera. I,. (2010). Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual. Simposium Nasional Akuntansi 13, 1-28.